Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2016

Hayam Pelung, si Jago kokok panjang dari Cianjur

Gambar
Hari ini kita akan membahas tentang kekayaan lain yang dimiliki Cianjur. Tentang binatang ternak yang gaungnya mendunia. Ya, kita akan bahas tentang ayam pelung. Ayam pelung adalah ras ayam lokal unggul khas Kabupaten Cianjur. Dikatakan pelung karena diambil dari bahasa Sunda “mawelung” yang artinya melengkung. Kenapa mawelung? Ini karena ayam pelung memiliki ciri khas dari bunyi kokokannya yang panjang dan mengalun, sehingga ketika berkokok, lehernya pun melengkung ke bawah. Sekilas ayam pelung ini terlihat seperti ayam kampung biasa, namun ternyata badannya yang besar serta pial dan jenggernya yang panjang menjadi khas tersendiri bagi bentuk fisiknya. Jumlah jengger pada ayam pelung biasanya lebih dari lima lekuk, selain itu pertumbuhan ayam ini cepat sekali. Berbeda dengan kebanyakan biakan ayam yang diseleksi dari penampilan fisik, ayam pelung diseleksi karena suara kokokannya yang panjang dan memiliki lagu. Tentu saja hanya ayam jantan yang memiliki sifat ini. Ukura

Lampu Gentur, Lampu Termashur dari Cianjur

Gambar
Gentur adalah sebuah desa di Jambudipa, Warungkondang, Cianjur, Jawa Barat. Desa Gentur jika dilihat dari posisi geografis terletak di kaki Gunung Gede Pangrango, desa yang sarat akan nuansa keagamaan. Dari kampung inilah banyak dicetak santri-santri yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Asal usul perjalanan lampu gentur ini bermula pada tahun 1870, saat itu para santri selalu melakukan ibadah keagamaan di malam hari, para santri biasanya menggunakan obor sebagai penerangan. Karena obor gampang mati tertiup angin dan beresiko menyebabkan kebakaran, terbitlah gagasan dari pak Muchsin (alm) untuk membuat pelindung lampu dari tiupan angin dan lebih aman dari resiko kebakaran. Maka mulailah para santri memakai pelindung lampu dari perpaduan kaca dan kuningan tersebut, yang kemudian terkenal dengan sebutan lampu Gentur. Lambat laun lampu ini mengalami perkembangan yang signifikan, mulai dari bentuk, bahan yang digunakan, motif dan corak, sampai fungsinya pun menjadi

Ngaliwet, Tradisi Cianjur yang Sarat Makna

Hampir seluruh wilayah Indonesia tahu tentang Ngaliwet yang berasal dari  tanah sunda ini. Ngaliwet adalah salah satu cara memasak nasi dalam satu panci yang diberi campuran bumbu-bumbu tertentu hingga menghasilkan cita rasa yang khas. Yang menjadi unik dalam proses Ngaliwet ini, nasi liwet dimakan bersama-sama di atas hamparan daun pisang yang sudah dibersihkan.  Betapa terasa semangat kebersamaan dalam tradisi ngaliwet ini. Kita duduk sama rendah, makan bersama-sama, tanpa risih, semua dekat dan akrab. Tidak ada yang tahu, kapan tepatnya ngaliwet ini bermula di Cianjur hingga menjadi budaya yang mendarah daging di kehidupan masyarakat secara turun temurun. Ngaliwet lebih dari sekedar memasak nasi namun menjadi sebuah tradisi masyarakat dengan banyak sekali filosofi hidup yang bisa diambil sebagai pelajaran. Dari mulai proses belanja bahan bakunya dilakukan dengan udunan, proses peracikan bumbunya yang dilakukan bersama-sama, sampai proses memasaknyapun seluruh bahan baku disat

Beras Pandanwangi, Berasnya Para Menteri

Gambar
Di Indonesia siapa yang tak kenal dengan beras Pandanwangi? Jika di Sumatera Barat terkenal dengan beras Solok-nya, maka di Cianjur kita punya beras andalan yang tak kalah pamornya dengan beras-beras khas daerah lain. Ya, beras Pandanwangi adalah beras dari varietas padi bulu yang ditanam di ketinggian 700 mdpl. Di Indonesia padi Pandanwangi hanya bisa ditanam di Cianjur dan di Cianjur sendiri hanya ada sedikit kecamatan yang bisa ditanami padi Pandanwangi ini, yaitu, kecamatan Warungkondang, Kecamatan Cugenang, Kecamatan Cibeber, Kecamatan Cianjur. Kenapa hanya bisa ditanam di sedikit wilayah? Karena, jika ditanam di daerah-daerah lain si Padi ini justru tidak menghasilkan beras yang beraroma wangi dan pulen. Dan konon menurut beberapa sumber penelitian, selain di Indonesia ternyata jika ditanam di Siberia juga mampu menghasilkan beras dengan aroma dan kualitas yang hampir sama. Keunikan lainnya selain aroma yang khas, ternyata padi Pandanwangi juga memiliki masa tanam sampa

Gunung Padang Cianjur

Gambar
Berbicara tentang masa lampau, kita akan selalu ditarik memperbincangkan persoalan sejarah. Sebab sejarah merupakan dasar dari keberadaan kehidupan kita sekarang ini. Nah, di Cianjur kita memiliki peninggalan sejarah yang konon katanya merupakan peninggalan peradaban tertua di dunia. Ya, adalah   Situs Gunung Padang yang terletak di Kampung Gunung Padang dan Kampung Panggulan, Desa Karyamukti Kecamatan Campaka, Cianjur. Luas bangunan purbakalanya yang berbentuk punden berundak ini sekitar 900 m 2 . Sementara luas areal situs sendiri kurang lebih 3 Ha. Bila dilihat secara bahasa, arti kata Padang sendiri berasal dari beberapa suku kata, yaitu :   Pa   (tempat),   Da   (besar/gede/agung/raya) dan   Hyang (Eyang/moyang/biyang/leluhur agung). Jadi arti kata Gunung “Pa Da Hyang”, adalah Gunung “Tempat Agung para Leluhur” atau boleh jadi maknanya “ Tempat para Leluhur Agung”. Keberadaan situs ini pertama kali muncul dalam laporan Rapporten van de Oudheid-Kundigen Dienst (RO