You’ve colored me, Pink India! (Review Pink Movie)



Saya baru saja menonton film ini. Dan menurut saya penting rasanya untuk menuliskan sedikit pemikiran saya mengenai film ini disini. Karena apa? Karena film ini tentang perempuan. Film ini mengisahkan tentang posisi dan kedudukan perempuan di kehidupan sosial. Dan beberapa kritikus film mengatakan bahwa film ini “a must see movie for parents growing children.” 

Pada intinya Film ini adalah pernyataan kuat mengenai pola pikir feodal yang ada dari mayoritas masyarakat India. Dimana laki-laki dan perempuan dinilai berdasarkan ukuran yang berbeda. Terutama apabila seseorang itu berasa dari keluarga (yang status sosialnya) kuat, maka perjuangan mengenai hukum dan keadilan akan lebih condong lagi berpihak kepadanya.

Cerita bermula pada adegan tiga gadis Delhi - Minal (Taapsee Paanuu), Falak (Kirti Kulhari) dan Andrea (Andrea Tariang) - sedang dalam pelarian setelah salah satu dari mereka lolos dari usaha penganiayaan oleh seorang pria terhormat nan brengsek , Rajveer (Angad Bedi). Minal menyerang Rajveer dengan botol yang melukai dia dengan cukup parah. Dan Ini hanyalah awal dari mimpi buruk mereka. 

Hari-hari berlalu, berbagai macam teror dan intimidasi ternyata datang tanpa henti mengacaukan kehidupan mereka. Mereka (Minal, Andrea, Falak) yang pada sebelumnya adalah gadis-gadis yang pemberani tiba-tiba berubah drastis terpuruk dalam rasa takut dan cemas yang mengakut. Sampai permasalahan ini jatuh ke pengadilan tersebab Rajveer memainkan koneksi kuatnya sebagai pukulan terkeras kepada Minal dkk dengan membuat First Information Report yang salah dengan menyebut Minal, Falak dan Andrea adalah pelacur. 

Dari awal durasi hingga akhir, penonton mampu dibawa masuk ke dalam cerita namun hanya dibuat penasaran serta ragu dengan pernyataan-pernyataan yang diungkapkan Minal, Andrea dan Falak di sepanjang adegan film karena adegan kunci yang menegaskan bagaimana awal mulanya konflik antara 3 gadis ini dengan Rajveer dan teman-temannya terjadi yang sesungguhnya amat mendukung sisi dramatik film justru ditampilkan di akhir film. 

Saya yakin, film ini sepertinya diilhami dari The Accused (1988) oleh Jonathan Kaplan, yang menceritakan tentang seorang gadis yang diperkosa secara biadab oleh beberapa orang di bar : karena dia memakai rok pendek, telah minum, dan nampak ramah kepada semua orang. Kisahnya berlanjut dalam pertarungan gadis itu mencari keadilan di payung hukum. Senada dengan film ini, Minal dkk akhirnya ditolong oleh tetangganya, Mr. Deepak Sehgal (Amitabh Bachchan) yang ternyata seorang pengacara kondang dan sedang pensiun tersebab mengidap bipolar disorder. Tuan Sehgal turun tangan mendampingi Minal dkk di pengadilan. Sehgal sesekali terdiam dengan opini dari pengacara lawan yang mengungkapkan jati diri Minal dkk, hingga pada akhirnya Sehgal bicara tegas di mana terdakwa Minal ditanyai pertanyaan pedas tentang keperawanan dan kebiasaan minumnya memamerkan standar ganda masyarakat tempat kita tinggal. Sebuah Pertanyaan pink tentang pola pikir masyarakat di mana kebanyakan orang dalam kehidupan sosial berpikir gadis dengan celana pendek dan mereka yang menikmati minuman dengan pria adalah gadis rendah moral. Tapi Minal dkk menolak untuk tunduk dan melawan orang-orang tersebut, yang mewakili pola pikir patriarki yang menolak untuk mengakui bahwa senyuman dan keramahan tidak setara dengan murahan. Menolak bahwa laki-laki tidak seharusnya menjadi otoritas utama sementara perempuan adalah lemah, tak berdaya dan dalam hal ini pantas dilecehkan. Ini juga sekaligus menjadi jawaban bagi norma kesopanan tentang bagaimana engkau (laki-laki) memperlakukan mereka (wanita) yang seharusnya dihormati harga dirinya, bahkan pada kondisi penampilan wanita yang katakanlah sebejat-bejatnya sekalipun.


Adegan Minal menyatakan keberatannya dengan penuh luapan emosi


Di film ini bisa kita lihat bagaimana Akting Minal dkk menunjukkan tingkat emosional yang luar biasa saat mereka beralih dari sosok gadis mandiri nan berani perlahan runtuh saat persidangan berlanjut karena karakter mereka tanpa ampun dibunuh secara publik. Rajveer  dan rekan-rekan prianya akan membuat kita bosan, dengan intensitas akting yang meningkat saat film berlangsung, mengoceh mengerikan di persidangan, tertawa jahat karena merasa menang merendahkan perempuan, karakter mereka terbaca jelas : pria muda, mabuk dan berharta.

Coba kita bayangkan, Ketika setiap bagian masyarakat dibentuk untuk melindungi laki-laki (yang tebal dompetnya) merasa berhak dan memfitnah wanita, harapan apa yang akan ada untuk masa depan? Dan apa bagianmu dalam kekacauan yang kotor ini?

Masyarakat memang sudah terdidik alami tentang hal itu. Tapi menurut saya sendiri, film ini tentu benar-benar menjadi pelajaran berharga bagi seorang perempuan bahwa begitu ketatnya eksistensi sosok perempuan dalam sebuah stereotip membuatnya mudah sekali diprediksi tentang baik atau buruk dirinya. Dan karena saya seorang muslim, Maka maha benarlah segala firman Allah bahwa betapa penting seorang perempuan menutup auratnya, menjaga pandangannya, menjaga akhlaknya, dan menerima kodratnya. Semua itu untuk apa? Satu-satunya jawaban yang paling logis adalah sebagai panduan keamanan dan keselamatan hidup mereka. kenapa panduan keamanan hidup mereka menjadi penting dan patut dijaga? kenapa hanya perempuan yang begitu diprioritaskan untuk menjaga pandangannya, menjaga akhlaknya dan menerima kodratnya? Kenapa laki-laki tidak perlu dididik sedemikian rupa selayaknya didikan seharusnya pada perempuan?

Karena pada dasarnya perempuan itu istimewa, mereka tercipta dari tulang rusuk laki-laki, mereka ibarat kaca yang berdebu (jika terlalu keras membersihkannya, maka ia mudah retak dan pecah), mereka (perempuan) kelak adalah madrasah utama bagi anak-anaknya, bagi generasi berikutnya. Maka benar-benar perlu dididik akhlaknya, seperti ada sebuah kutipan hikmah yang mengatakan “wanita itu ibarat tiang negara, apabila wanita itu rusak maka rusaklah sebuah negara, apabila wanita itu baik maka akan baik pula sebuah negara.”

Jadi kunci perbaikan dari sebuah bangsa/negara juga terletak pada perempuan, pada penjagaan diri dan kehormatannya, pada akhlak yang erat hubungannya dengan rahim yang subur yang melahirkan generasi-generasi pemimpin selanjutnya, juga pada kelembutan hati dan cinta kasih sayangnya yang dapat menentramkan alam semesta dan menaklukkan dunia.

Maka beruntunglah pula bagi para orang tua yang dikaruniai anak-anak perempuan, seperti disebutkan dalam hadist Al-Bukhari No.1418 dan Muslim Nno.2629 yang berbunyi :
“barang siapa yang diberi cobaan dengan anak perempun kemudian ia berbuat baik kepada mereka maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.”

Kembali lagi ke pink, overall i love it very much, selain karena saya termasuk emak yang hobi nonton film, saya juga suka dengan tipe film yang suka sekali mengajak penonton penasaran dengan alur yang tak bisa ditebak. Dan karena saya adalah seorang emak dari dua orang bocah maka saya sepakat sama kritikus yang bilang film ini tontonan wajib bagi para orang tua untuk membesarkan anak-anak. Saya sepakat sama imdb yang memberi bintang empat untuk film ini. 

Yey Pink India, you’ve colored me!!



4

Komentar

  1. Belum nonton jadi pengen nonton deh teh makasih yaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum terlambat mbaaak....kuy nonton😀😀😀😄

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna filosofis dibalik legenda origami burung (bangau)

Lampu Gentur, Lampu Termashur dari Cianjur

Untuk Natya: Sekelumit Cerita tentang  Delman Cianjur